Senin, Juni 09, 2008

Lukaku
Maka apalagikah yang mesti diucapkan?
Kelu
Tiba-tiba semua menjadi tidak punya arti
Menangis. Apakah aku hanya bisa menangis?
Berduka. Apakah cukup Cuma berduka?
Tubuhku yang kou telah jelajahi
Tidak lebih bermakna dari pada kayu dan reruntuhan batu
Aku menjerit, tapi siapakah yang akan mendengar jeritku?
Aku hanya bisa diam.
Aku hanya bisa bisu
Aku hanya bisa tidak percaya
Aku hanya bisa tidak mengerti
Aku hanya bisa tidak melakukan segalanya
Bahkan berdo'a pun
Kurasa sudah tidak bermakna
Aku seperti mati!!!!!
Perihku makin dalam, melebihi segala yang dalam
Hingga pagi itu kukira aku tidak kuat menanggung luka yang berat. Aku marah lalu meludah memuncratkan menyembruat.
Baiklah, aku maafkan kamu selanjutnya akan kusikapi kamu sebagai tubuh dan jiwa yang utuh. Aku harap kou segera akan sembuh dan kembali pada kesetiaanmu.
Ketabahan menyangga langit yang kian rapu.

( Setelah banyak membaca sajak dari Acep Iwan Saidi, aku bisa mendeskripsikan bagaimana luka dan emosi saling berkorelasi positif )