Minggu, Juni 15, 2008


Aku pikir semua berjalan dengan baik-baik saja, setelah kejadian kemarin. Aku terhenyak lagi dengan message di inbox. Membaa isinya ternyata dari perempuan itu. Aku sungguh terperanjat kasar sekali, banyak caci maki di dalam message itu. Aku tidak ingin terbawa emosi dan berusaha tenang, akhirnya aku terdorong untuk mengambil impulsif yang pada akhirnya malah membuat semakin runyam.

“Jika berduaan di satu kamar, aktivitas apa yang biasanya dilakukan? Silahkan pikir sendiri!”
Aku menggigit bibir, menahan perih di dada dan aku merespon:
“Aku sudah tahu apa yang aku perlu tahu,dia sudah menceritakan segalanya padaku,jika kamu ingin membuat aku sakit hati dan terluka, aku sudah lama terluka, tapi aku sudah memaafkan dia untuk semua pengkhianatan kalian.!!!”

Apa yang aku tahu sebenarnya? Tidak tahu sama sekali….
Sebenarnya siapakah yang paling terluka? Hubungan mereka yang hanya beberapa bulan kah? Lantas bagaimana dengan aku?
Satu tahun lebih dengan sakit, perih dan luka…tidak kah aku juga sangat terluka, lebih terluka dari perempuan itu !!!






Awan itu Menghitam Lagi

Awan itu mulai menghitam lagi
Menghapus bersih sinar yang seharusnya tetap ada menemaniku
Mengusir kehangatan yang seharusnya menyelimutiku.
Tuhan, kenapa harus ada kegelapan?
Kenapa cahaya kehangatan itu harus berubah menjadi gigtitan perih?
Baiklah, Kalaupun gelap harus datang biarkan rangkaian bintang itu menemaniku, setidaknya ada satu.
Dan jika memang aku harus menggigil dalam perih, biarkan aku bersenandung untuk cinta yang menjadi gila.

Makasih yah…
( Dede Rakhmawati, UPI Jurusan: Sastra Inggris, Bandung )